Idolaku Bernama Ibu
Kalau ada yang bertanya siapa perempuan terkuat di dunia, tentu aku akan menjawab dengan lantang: Ibuku. Tak pernah kudengar sepenggal keluhan yang terlontar dari bibirnya. Duka-nestapa separah apapun senantiasa ia telan sendirian. Tak pernah kulihat bias lara di mata indahnya. Mata itu selalu pancarkan inspirasi sekaligus motivasi untuk mau berbuat kebaikan dari hari-ke-hari. Pun, tak kulihat air mata yang mengucur deras, tatkala ia harus ditinggalkan oleh suaminya. “Relakan Bapak pergi ya Nak… InsyaAllah Bapak masuk surga, dan ia akan bahagia berada di sana…” Ibu berucap dengan suara bergetar. Seolah menahan air mata yang nyaris tumpah, Ibu memagari dirinya dengan ketegaran yang mengerikan. Aku masih kelas 4 SD, kala itu. Ketika tiba-tiba duniaku berubah. Tak ada lagi sosok ayah. Kini tinggal aku, kakakku dan ibuku. Tentu kami terhanyut dalam kepiluan yang menggelayut. Aku menangis kencang. Terbayang fragmen-fragmen indah, yang kami lalui berempat. Da...