2018, Momentum yang Tepat untuk Turunkan Tingkat Kemiskinan
Menurunkan angka kemiskinan di Indonesia tentu bukan perkara
mudah. Di banyak daerah, kita bisa menjumpai warga masyarakat yang harus “berakrobat”,
demi menyesuaikan tantangan hidup dan harga barang pokok yang terus merambat
naik. Bahkan, tentang kepemilikan sarana sanitasi yang layak pun, sejumlah
warga dhuafa masih terbelenggu kendala yang tidak enteng.
Baca: Ironi Zonder Sanitasi
Karena itu, kinerja Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas) patut diapresiasi. Menurut Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro saat ini adalah momentum yang
tepat untuk menurunkan tingkat
kemiskinan hingga di bawah 10 persen seiring dengan penurunan jumlah
masyarakat miskin yang cukup signifikan per September 2017 lalu.
Jadi, Badan Pusat Statistik (BPS) pada Selasa (2/1) merilis
jumlah penduduk miskin. Yang tercatat pada September
2017 mencapai 26,58 juta orang (banyaaaaak, yha.) Tapi ini sudah menurun
1,19 juta orang dari Maret 2017 sebesar
27,77 juta orang.
Apabila dibandingkan dengan September 2016, tingkat
kemiskinan turun dari 10,7 persen menjadi 10,12 persen.
"Kalau Maret kemarin persentasenya poverty rate turun,
tapi kedalaman dan keparahannya memburuk. Sekarang ini poverty rate nya turun
dan kedalaman dan keparahannya relatif lebih baik. Tapi intinya kalau mau di
bawah 10%, kedalaman dan keparahan itu harus diperbaiki dulu, karena yang
sekarang susah adalah kelompok yang sangat miskin, yang hidup di bawah 80%
garis kemiskinan," kata Bambang.
Menurut Bambang, "Ini momentum yang sangat baik untuk
kita mengejar target di 2018 yang kita sepakati dengan DPR waktu itu tingkat
kemiskinan turun pada rentang 9,5 sampai 10 persen dan ini hal penting untuk
kita membawa kemiskinan di bawah 10 persen."
Yah, secara persentase tingkat kemiskinan sudah terendah,
yakni 10,12 persen. Tapi secara jumlah masih 26 juta jiwa rakyat yang berada di
bawah garis kemiskinan. Jadi, tim BAPPENAS sudah menyiapkan aneka program untuk
memanfaatkan momentum yang pas ini. Sehingga targetnya program yang ditujukan
untuk kaum dhuafa, bisa mengantarkan angka kemiskinan jadi di bawah 10 persen.
Bambang optimis tingkat kemiskinan pada tahun ini dapat di
bawah 10 persen kendati memerlukan upaya yang keras dan sungguh-sungguh, melalui berbagai program penanggulangan
kemiskinan yang sudah dirancang pemerintah.
"Di 2018 tentunya kita harus berupaya. Ini adalah
momentum yang bagus karena awalnya kami memprediksi tingkat kemiskinan ini
turunnya ke 10,4 persen, ternyata dari September kemarin malah bisa lebih
rendah 10,12 persen. Kebetulan di APBN 2018 sudah ada berbagai program yang
kita harapkan bisa membawa kemiskinan di bawah 10 persen. Intinya adalah
program-program yang bersifat bantuan sosial tepat sasaran," ujar Bambang.
Ia mencontohkan Program Keluarga Harapan (PKH) yang akan
diperluas dari 6 juta penerima Rumah Tangga (RT) menjadi 10 juta penerima RT.
Selain itu, penerima rastra yang diperluas dalam bentuk non tunai juga akan
diperluas dari yang saat ini mencapai 1,7 juta penerima.
"Tentunya, semakin tepat sasaran bantuan sosial maka
kemungkinan kita menurunkan kemiskinan di bawah 10 persen semakin terbuka
lebar," kata Bambang.(*)
Komentar
Posting Komentar